Tags

, , ,


Wangsa Maju

ERL di stasiun Wangsa Maju

Transportasi massal yang bebas macet hanyalah satu, yaitu kereta api. Ini salah satu alasan mencoba moda transportasi bebas macet di ibukota Malaysia. Perjalanan (sore hari) dimulai dari bagian utara kota, yaitu di stasiun Wangsa Maju. Stasiun ini dilewati jalur Express Rail Link (ERL). Setidaknya ada 5 macam jalur kereta di KL. Selain yang sudah disebutkan, ada juga KTM, Ampang Line dan Sri Petaling Line, Kelana Jaya Line, dan KL Monorail.

Stasiun Wangsa Maju (kalo gak salah) tingkat tiga, serupa dengan stasiun Cikini atau Gondangdia di Jakarta. Jalur relnya layang dan bayar tiketnya antri di loket. Kereta ERL ini cuma 2 gerbong, dan gak ada sopirnya, eh masinisnya. Naik di Wangsa Maju, kereta mengarah ke Selatan, dengan tujuan akhir sementara adalah KLCC (Kuala Lumpur City Center, alias menara kembar Petronas). Perjalanan melewati stasiun-stasiun Setiawangsa, Jelatek, Dato’ Keramat, Damai, Ampang Park, dan akhirnya sampai di KLCC. Setiap mendekati stasiun selalu ada pemberitahuan dari pengeras suara mengenai nama stasiun yang akan dimampiri, mirip dengan Busway di Jakarta. Stasiun di KLCC ada di bawah permukaan, dan mempunyai lorong khusus ke lantai dasar KLCC.

Bukit Nanas

Stasiun Bukit Nanas

Dari KLCC, setelah menikmati keindahan gedung yang penuh dengan gemerlap lampu (malam memang lebih terasa keindahan gedungnya, semoga nanti sempat ditulis juga), kembali ke stasiun KLCC dimana ERL sudah menunggu. Jalur ERL ini adalah jalur satu-satunya yang melewati stasiun KLCC, jadi karena memang niatnya jalan-jalan, ambil arah “terus”. Kali ini stasiun yang dilewati adalah Kampong Baru dan turun di Dang Wangi. Turun di Dang Wangi karena memang akan putar lagi ke bagian Utara, balik ke tempat penginapan. Untuk kembali ke daerah Titiwangsa, alternatif kereta adalah KL Monorail. Dan, walaupun kedua jalur rel “bersilangan” sayang sekali stasiun gak bersamaan. Jadi dari Dang Wangi kudu jalan dulu ke stasiun Monorail terdekat yaitu Bukit Nanas. Gak jauh, mmm… lumayan, hampir sama dengan jarak stasiun Gambir ke Kedutaan Amerika di Merdeka Selatan…

KL Monorail

Kereta listrik monorail

Stasiun Bukit Nanas juga mempunyai 3 lantai, dimana lantai 2 adalah untuk beli tiket di loket, sedangkan jalur kereta ada di lantai 3. Kereta monorail terdiri dari 2 gerbong, dengan kondisi dalam yang masih apik. Kali ini sang kereta mempunyai pengemudinya. Dari dinding pemisah yang berupa kaca gelap (berlapis film), penumpang bisa mengetahui panel kendali pada “kokpit”-nya tuan masinis. Kereta berjalan ke arah barat hingga stasiun Medan Tuanku. Setelah melewati stasiun ini, kereta mengarah ke utara, mampir di stasiun Chow Kit, hingga berakhir di stasiun Titiwangsa. Ini adalah stasiun akhir di bagian utara bagi KL Monorail. Sedangkan ujung akhir yang lain dari jalur monorail ini berada di KL Sentral (sentral stasiunnya KL).

Dari Titiwangsa, cukup berjalan kaki kembali ke jalan Ipoh tempat nginep. Perjalanan keliling disore-malam hari yang mengasyikkan, bebas macet, bebas polusi, ya setidaknya di dalam gerbong gak ada yang merokok, gak desek-desekan, gak perlu gelar koran karena jarak yang terlalu jauh, dan ruang ber-AC…

Maaf, walaupun ini cerita tentang perjalanan di Malaysia, tapi tetep pake terminologi Indonesia, dimana “Kereta” adalah “Kereta Api”, bukanlah sebagaimana arti “Kereta” di sana… : )


Tulisan ini adalah rangkaian catetan Sepekan di KL.
Baca sebelum: Survey Pasar
Baca berikut: Berburu gambar KLCC