Tags

, ,


DEM (Digital Elevation Model) yang dihasilkan oleh SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) cukup favorit dalam pemakaian untuk melihat secara cepat “bentuk permukaan” di seantero tanah air. Bagaimana kita bisa membaca data tersebut saat kita bermain di Spatial Analyst? Tentunya banyak cara yang bisa dilakukan, dan dua diantaranya akan dicoba dijelaskan langkah-langkahnya berikut ini.

Persiapan data

Dengan bantuan perangkat lunak Global Mapper (kemudian disebut GM; bisa juga digunakan yang lain), file hgt SRTM kita baca. Jangan lupa untuk meng-konversi proyeksi yang ada (nilai baku adalah Geographic Lat/Long) ke dalam UTM (misalnya) melalui menu Tools -> Configure -> (tab) Projection. Lalu ubah Projection ke UTM dan tentukan datumnya. Zona UTM biasanya langsung teridentifikasi oleh GM ini. Kenapa pilih UTM? Untuk memudahkan penentuan spasial piksel/sel grid yang ada saja. Silakan gunakan yang lain bila perlu.

Arc ASCII Grid

Cara pertama, data diekspor dengan menggunakan format Arc ASCII Grid. Dari menu File -> Export Raster and Elevation Data -> Export Arc ASCII Grid. Tentukan X dan Y (masukkan 90 meter). Dan jika ingin daerah yang diekspor mempunyai luasan tertentu, definisikan di tab Export Bounds, kemudian OK.

Untuk memanggilnya dari Spatial Analyst (misal, masih memakai ArcView 3.x), jalankan modul Spatial Analyst dari ArcView. Setelah siap, panggil file hasil ekspor tadi (pada modus View) : File -> Import Data Source, kemudian pilih tipe data ASCII Raster.

XYZ Grid

Cara lain adalah dengan mengekspor dalam format XYZ. Siapkan data seperti pada langkah diatas, kemudian dari menu File -> Export Raster and Elevation Data -> Export XYZ Grid. Tentukan karakter pemisah antar data/field (bisa pakai “;” atau yang lain) dan juga tentukan nilai X dan Y (masukkan 90). Jika perlu, batasi data melalui tab Export Bounds.

Untuk memanggil dalam ArcView, gunakan Add Event Theme sebagai data titik, dan jangan lupa bahwa kolom pertama dari data tersebut adalah X, kemudian Y dan Z secara berurutan (dalam proses ini kita harus mengubah data ASCII hasil ekspor kedalam format dbf, biasanya digunakan spreadsheet untuk kemudahan pengubahannya). Data titik yang dihasilkan kemudian diproses dengan menggunakan Spatial Analyst: Surface -> Interpolate Grid (pemrosesan dengan Interpolate Grid sila baca: Interpolasi Grid dari Data Titik).

Dari dua cara diatas, adakah perbedaan hasil..?
Jika ada, apa yang menyebabkan..?

: )