Tags

, , , , ,


Bagi saya dan sekian juta orang yang berdesakan mendiami daerah Jakarta Bogor dan sekitarnya, pastilah mengalami hujan semakin sering akhir-akhir ini. Hal ini menandakan semakin jauh kita melangkah kedalam musim hujan 2009/2010. Musim hujan selalu ditunggu oleh banyak orang, tidak hanya dalam artian positif yaitu yang berarti tersedianya air untuk berbagai keperluan, tetapi juga dalam artian negatif yaitu munculnya efek yang merugikan kegiatan manusia, seperti banjir.

Kota Jakarta adalah kota banjir, dan memang demikianlah dari jaman dahulu kala. Ini karena memang tinggi permukaan rerata Jakarta relatif terhadap muka air laut yang sama, dan ditambah lagi sistem pengairan yang masih jauh dari sempurna. Kambing hitam selalu dilemparkan pada air yang datang dari daerah selatan nun jauh disana, dan dikenal sebagai “banjir kiriman”. Disadari atau tidak peduli, kenyataannya adalah banyak sekali daerah cekungan di seantero Jakarta yang menjadi tempat-tempat yang disukai oleh sang air tinggal berlama-lama di ibukota. Dan sang air bisa saja yang berasal dari udik jauh di selatan Jakarta, atau yang datang dari angkasa sebagai “hujan lokal”.

Saya dan rekan-rekan saat ini sedang melakukan aksi terkait dengan isu banjir. Aksi mengatasi banjir..? Wow… nggak lah. Bukan itu maksudnya. Yang akan dilakukan adalah membangun informasi penunjang terkait dengan isu banjir dan genangan di Jakarta dan sekitarnya.

Bukankah informasi banjir sudah ada dan buanyak sekali dapat ditemukan di belantara dunia maya? Juga di semua elemen yang sudah disiapkan oleh pemda DKI Jakarta..?

Betul sekali.

Lalu jika dikatakan sebagai pelengkap, bedanya apa..?

Mmm… pertama aksi ini adalah memang PR atau tugas yang tengah diemban oleh Program Harimau. Yaitu memanfaatkan data yang dihasilkan oleh Radar Cuaca, yang dimiliki Program ini, dan sudah terinstal dengan rapi di Puspitek Serpong, Tangerang. Radar ini digunakan untuk tujuan riset kerjasama dengan pihak Jepang (lebih detil sila baca di situs Program Harimau). Dari data Radar Cuaca ini informasi cuaca (hujan) juga diperoleh dengan cukup berlimpah. “Data limpahan” inilah yang kemudian akan (dan sebagian sedang) dikemas kedalam berbagai aplikasi terkait cuaca. Beberapa aplikasi yang tengah dibangun antara lain adalah aplikasi terkait banjir Jakarta dan kajian peramalan sebaran OPT tanaman padi.

Informasi hujan dan genangan “near real time” adalah hasil yang akan ditampilkan dan hasil ini diutamakan adalah untuk pelaksanaan validasi data Radar Cuaca, yang mempunyai cakupan cukup baik, beradius 110 km dari lokasinya di Serpong.

Pada pelaksanannya akan melibatkan publik sebagai salah satu sumber informasi “insitu”, dan informasi ini dikirim oleh relawan (informan?) melalui sms ke server pengolah data, kemudian ditampilkan pada web bersama dengan data dan informasi dari sumber lain yang telah diolah. Jadi tujuan utama adalah untuk memanfaatkan limpahan data dan sekaligus validasi. Jika dari sisi ini kemudian ada efek yang berguna bagi publik, tentunya itu adalah bonus yang luar biasa…

Nah untuk itu diperlukan Gundala

Gundala adalah putera petir. Kekuatan si Sancaka, ilmuwan yang menemukan serum anti petir, didapat dari petir yang menyambarnya dan menariknya ke kerajaan petir Kaisar Kronz, dan diberi kemampuan super yaitu setrum kuat yang dapat dipancarkan dari telapak tangannya. Gundala sempat hadir sebagai kekuatan made in dalam negeri, pembangkit semangat generasi muda, khususnya pencinta komik…

Untuk aksi yang diceritakan diatas maka dibentuklah tim gundala di lingkungan lantai 20 Gedung 1 BPPT. Tim ini bukanlah tim super yang masing-masing anggotanya bisa mengeluarkan geledek dari tangannya. Seandainya mempunyai kemampuan demikian, tentunya gedung ini dalam sekejap akan gaduh oleh suara geledek dan akan segera terbakar oleh apinya… 🙂

Tim gundala adalah ungkapan kuno yang berlaku bagi sebagian orang yang pernah bermalam dan berjuang mencapai batas kematian, ups…, maksudnya batas akhir atau tenggat dari suatu pekerjaan bervolume besar dengan tenggat waktu mefeeeet…  Biasanya pekerjaan ini “dadakan” dan mengharuskan tim yang terkena “tulah” bekerja mampus-mampusan demi sebuah hasil… Yang diperlukan tim adalah kekuatan semangat dan kemampuan berintegrasi dan sinergi antardisiplin keilmuan yang dikuasai. Ini kebiasaan yang sudah berlangsung sejak pertengahan 90-an saat lokasi tim gundala masih di (alm) Laboratorium RS dan GIS BPPT. Beberapa hasil keringat tim gundala pada masanya masing-masing antaralain adalah dukungan pada sajian informasi keruangan (webgis) Pemilu 1999, 2004, dan 2009 lalu.

Banyak “alumni” tim gundala sudah berkeliaran diberbagai belahan dunia persilatan dan dunia sebenarnya… 😀

Kembali ke tim gundala yang baru dibentuk, tim ini dibentuk berdasarkan keperluan saat ini yaitu membangun aplikasi yang dapat menampilkan hasilnya dalam webGIS. Informasi akan didapat dari data online (dari radar cuaca) dan data insitu (dari sms). Setidaknya inilah yang akan dibangun. Tim gundala ini dikomandani oleh Udrekh dan beranggotakan Awi, Htt, Swas, Awal, Winarno, dan Sali.

Tim ini mempunyai tugas membangunkan Sijampang…

Ups, siapa berani dengan Sijampang..?

Sijampang disini adalah pemaksaan dari Sistem Informasi Hujan dan Genangan yang berbasis pada keruangan.

Dan… semua informasi akan disajikan dalam bentuk WebGIS, dan dapat diakses oleh publik.

Informasi dalam WebGIS..? Ah… akhirnya webgis lagi… 🙂

Saat tulisan ini di-posting sistem belum siap tampil. Mohon dukungan rekan-rekan semua…

Tim siap gak pulang ke rumah sebelum aplikasi siap saji…

Itulah tim gundala… hiks… kasian deh luu…

: )

“Semua berawal di-akhir dan berakhir di-awal…”

_____

*/ tulisan diaduk-aduk dari beberapa tulisan saya di Sijampang… (lagi males ngarang…)