Apakah Google Earth Engine itu sama dengan Google Earth? satu pertanyaan yang selalu ada dalam setiap pelatihan yang saya berikan mengenai penggunaan Google Earth Engine untuk pengolahan data satelit.
Pada awal Mei ini, dari tanggal 4 sampai tanggal 6 Mei tahun 2020, saya membawakan pelatihan mengenai Google Earth Engine (GEE) untuk 29 peserta. Para peserta ini datang dari empat Perguruan Tinggi di Indonesia dan juga ditambah beberapa rekan dari kantor. Karena tidak boleh tatap muka maka pelatihan dilakukan pada modus daring dengan aplikasi Zoom.
Asal rekan-rekan peserta ini adalah dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA, Bandar Lampung), dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA, Serang), kemudian dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS, Surabaya). Tidak hanya mahasiswa tetapi juga dosennya juga mengikuti pelatihan ini. Semua serius tapi semua juga santuy…. Lama pelatihan adalah empat hari jadi tentunya ada bagian yang berdurasi lama.
Pelatihan ini didukung oleh Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah BPPT dan Masyarakat Ahli Penginderaan Jauh.
Berhubung yang mengikuti ini mempunyai keberagaman pengalaman dan kebisaan, maka saya disain sesederhana mungkin agar semua dapat memahami dan melaksanakan dengan maksimal, tidak hanya klik-klik mengikuti apa yang saya katakan.
Bagi yang sudah berpengalaman atau pernah menyentuh GEE pastilah agak greget, tapi bagi yang permulaan tentunya sangat challenging. Rekaman pelatihan tersebut, plus ngobrol ngalor ngidulnya, silakan disimak berikut ini:
Konsep dasar Penginderaan Jauh diberikan untuk menyamakan persepsi, dan menekankan hal yang harus dipahami sebelum memulai memroses data. Pengenalan mengenai binatang apakah Cloud Computing juga diberikan.
Pada zaman dahulu kala, data satelit harus kita cari secara konvensional untuk wilayah tertentu (melalui Glovis atau EarthExplorer atau lainnya), baru kemudian kita pesan dan kita dapatkan dengan cara dikirim (menggunakan DVD) atau mengunduhnya sendiri. Zaman cloud saat ini kita tidak perlu mengunduh data, biarkanlah dia di database entah dimana yang penting bisa kita dapatkan untuk wilayah tertentu yang kita perlukan, dengan rentang waktu perekaman yang bebas, hanya dengan satu-dua baris perintah pada GEE.
Teknik pengolahan data juga diperkenalkan, dengan objek permukaan adalah hutan mangrove. Mangrove adalah tumbuhan yang sangat diperlukan untuk wilayah pantai (mengurangi aberasi, memperkaya ekosistem), dan berperan penting untuk mengurangi pemanasan global (menyerap dan menyimpan carbon lima kali lebih besar dari tanaman lain). Dengan mengambil contoh penutupan hutan mangrove, maka kita mengenal hal lain di luar pemrosesan data biasa. Tidak semua pemroses data citra mengetahui apa yang diprosesnya, bukan?
Isu penyimpanan juga dibicarakan. Disini dipergunakan cloud yang lain untuk penyimpanan hasil, yaitu memanfaatkan Google Drive. Sehingga data yang telah didapatkan dari cloud, diproses pada cloud, maka hasilnya disimpan juga pada cloud.
Tren teknologi sekarang yang memanfaatkan cloud computing telah memangkas banyak hal. Penggunaan GEE ini berakibat:
- Kita tidak memerlukan perangkat yang handal (komputer tidak perlu sekelas komputer ROG), cukup memakai laptop standar sudah oke;
- Untuk perangkat penyimpan (hard disk) tidak perlu ber-tera-tera. Cukup hard disk standar laptop saja. Sekaligus mengaktifkan Google Drive atau sewa tempat di Cloud, yang jauh lebih murah dari pada membeli hard disk.
Yang diperlukan hanya akses internet standar, sudah cukup.
Empat hari pelatihan selesai, mengakibatkan suara agak serak karena bulan puasa đ đ đ
Terima kasih para peserta yang mengikuti dengan atusias dan banyak sekali pertanyaan. Apapun tingkat pertanyaannya tidak masalah, karena tugas saya hanyalah menjelaskan sampai anda benar-benar paham apa yang dilakukan. #ItuSaja
Sampai jumpa dipelatihan pada tingkatan yang lebih maju. Tetap sehat tetap semangat.