Tags

, , , , , , , , , , , , , , , , ,


Prime Meridian of The World

Prime Meridian of The World, pembagi East dan West Longitude

The City Cruiser akan berlabuh di dermaga Greenwich selama 20 menit. Waktu yang sangat singkat untuk suatu kunjungan di kota “sekelas” Greenwich. Setelah turun dari boat, yang memakan waktu sekitar 5 menit karena harus antri dengan penumpang lain yang cukup banyak, segera mencari peta lokal yang selalu ada di lokasi-lokasi wisata. Saya berjalan dengan Suvit, sementara dua rekan lain, Do Xuan Lan dan Sithong, memisahkan diri entah kemana.

Kami berdua mempunyai tujuan yang sama yaitu Greenwich Park.

Tulisan ini masih lanjutan dari The Series – London 2008.

Dari dermaga kami menuju ke jalur keramaian untuk mencari tahu lebih jauh tentang lokasi Greenwich Park. beberapa orang yang kami tanyai tidak mengetahui apa yang kami maksud. Mungkin karena mereka juga turis juga atau justru penduduk lokal yang biasanya justru tidak hafal dengan “nama resmi” dari beberapa lokasi di tempat tinggalnya.

National Maritime Museum @ Greenwich

National Maritime Museum @ Greenwich

Beruntunglah kami bertemu dengan seorang ibu. Dia segera tahu yang kami maksud, dan dengan sangat ramah menyatakan kesediaannya mengantar kami walau kami sebenarnya hanya minta diarahkan saja ke lokasi Greenwich Park. Dalam perjalanan sang ibu bertanya asal kami.

Setelah mengetahui kami dari Indonesia dan Thailand, si ibu segera bercerita bahwa dia pernah bertualang di beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Thailand. Wow, hebat juga si ibu ini. Dia begitu mengenal banyak daerah di Asia Tenggara dan semangat sekali meneritakannya pada kami. Si ibu itu sendiri adalah orang asli (lahir dan besar di) Greenwich.

Taman di sekitar ROG yang menyenangkan bagi pejalan kaki.

Taman di sekitar RGO yang menyenangkan bagi pejalan kaki.

Kami segera memasuki halaman National Maritime Museum (NMM). Halamannya sangat luas, dan mempunyai gedung yang cukup mencolok karena cukup besar di tengah-tengah lapang yang luas. NMM ini berdiri dan dibuka untuk umum sejak April 1937 dan mempunyai luas area hampir 1 km2. Di sebelah barat gedung NMM ini terdapat Queen’s House, yaitu gedung yang dibangun pada 1614-1617 untuk permaisuri Raja Charles I.

Si ibu penunjuk jalan yang baik hati hanya mengantarkan kami sampai NMM dan segera menunjukkan arah untuk mencapai Royal Greenwich Observatory (RGO). Setelah berterimakasih pada si ibu, saya berdua segera menuju ke arah RGO yang menempati lokasi di puncak sebuah bukit yang dikelilingi oleh taman yang cukup luas. Tidak ada kendaraan yang dibolehkan melintas di dalam taman ini, sehingga pengunjung dapat menikmati taman tanpa khawatir terlanggar kendaraan. Untuk menuju RGO harus melalui jalan setapak yang menanjak, dan semakin curam saat mendekati lokasi. Perjalanan yang cukup menarik karena mampu mengeluarkan keringat saat suhu sekitar 12 Celcius.

Gedung The Royal Observatory

Gedung The Royal Observatory

Setelah sempat berisitirahat sejenak dalam pendakian, akhirnya sampailah di depan gedung The Royal Greenwich Observatory. Gedung ini mulai dibangun pada tahun 1675 dan setelah melalui beberapa peristiwa penting gedung ini masih dapat dinikmati oleh pengunjung sampai saat ini.

Di bagian dean gedung terdapat Jam yang menampilkan waktu 24 jam. Jika jam biasa yang kita temui adalah hanya 12 jam untuk satu putaran jarum pendek, maka pada jam ini diperlukan waktu 24 jam untuk menghabiskan waktu seputaran. Jam ini mulai beroperasi pada tahun 1852 dan saat ini gerak jam dikendalikan oleh high grade quartz clock dari ruang utama gedung Observatory.

Memasuki RGO tidak dipungut biaya. Dari pintu utama di bagian depan, pengunjung langsung diarahkan memutar gedung lewat bagian belakang dan terus mengarah ke halaman dalam. Di halaman ini, yang luasnya sekitar 3 kali lapangan tenis, terdapat beberapa titik tuju. Antara lain adalah seperti dibawah ini.

Time Ball

Time Ball @ Flamsteed House

Time Ball yang berwarna merah @ Flamsteed House

Ini adalah alat untuk mencocokkan waktu bagi para pelaut jaman baheula. Tingginya bukit dimana komplek RGO ini berada, dimanfaatkan untuk meletakkan tanda penentu waktu bagi pelaut dari kapal masing-masing. Penanda waktu itu adalah berupa bola yang diletakan di menara pada Flamsteed House. Bagaimana menentukan waktu dengan bola ini..?

Bola ini akan jatuh tepat pada jam 13:00 waktu setempat. Untuk ancang-ancang bagi para pelaut, maka pada pukul 12:55, atau 5 menit sebelum jam 13:00, bola akan bergerak ke atas setengah tiang. Kemudian dalam waktu 2-3 menit bola akan bergerak ke puncak tiang. Tepat jam 13:00 bola akan jatuh ke dasar tiang. Waktu yang direkam oleh pelaut adalah saat bola bergerak jatuh, bukan saat menyentuh dasar tiang. Menjaga ketepatan waktu adalah salah satu cara untuk menentukan garis bujur bagi para pelaut. Time Ball ini berada di RGO sejak tahun 1833 dan menjalankan tugasnya setiap hari.

Talking Telescope

Dari puncak bukit ini banyak sekali obyek yang bisa terlihat dikejauhan. Untuk kedetilan tampakan maka disediakan Telescope yang bisa menerangkan secara tomatis obyek apa yang sedang kita intip. Dengan memasukkan sejumlah koin maka kita bisa memilih 5 bahasa yang disediakan, yaitu Inggris, Jerman, Spanyol, Jepang, dan Perancis. Telescope ini terletak di pinggir tebing bukit.

Camera Obscura

24 Hours Clock

24 Hours Clock, perhatikan banyaknya angka Romawi yang digunakan.

Dalam satu ruang yang gelap, kita bisa menyaksikan panorama sekeliling Greenwich. Camera Obscura menggunakan sebuah lensa dan cermin yang berputar sehingga bisa menampilkan gambar pada putaran penuh bergerak, 360 derajat, pada sebuah meja. Unik sekali. Lebih jauh tentang Camera Obscura di Wikipedia sila klik disini.

Flamsteed House

Gedung ini adalah gedung yang juga dipakai oleh para Astronom kerajaan dan keluarganya dimasa lalu. Mereka tinggal dan bekerja disini. Sebagian ruang juga digunakan untuk Time Galleries, dimana bisa kita saksikan bermacam jam dan sejarah perkembangannya sejak jaman kuda gigit besi hingga saat ini. Sayang sekali kamera tidak diperbolehkan merekam apa yang terlihat mata. Pada lantai teratas terdapat ruang yang cukup lebar, dengan alat teropong sederhana dan beberapa alat peraga kuno lainnya yang digunakan para astronom dalam menentukan waktu, baik waktu lokal maupun saat kedatangan benda langit, seperti komet, dalam tatasurya kita.

Meridian Line

Berdiri di tengah garis meridian nol

Berdiri di tengah garis meridian nol

Inilah garis paling terkenal di dunia. Merupakan garis pembatas dunia belahan Barat dan Timur. Garis ini adalah posisi Garis Bujur (longitude) pada 0 (nol) derajat, dan dikenal dengan sebutan Prime Meridian. Jika seseorang bergerak ke arah barat maka gerakannya adalah hitungan derajat yang bertambah, begitupula jika ada orang lain bergerak ke timur hitungan derajat pun juga bertambah. Keduanya akan bertemu pada derajat 180 di “balik” sana, disisi muka bumi yang berlawanan dengan Greenwich.

Kota Jakarta kita ketahui pada posisi 6°11′ LS 106°50′ BT. Ini adalah posisi titik, bukan luasan.

Kita pastilah sudah sering juga mendengar GMT atau Greenwich Mean Time. Dari tempat inilah acuan waktu dunia juga berasal. Lebih dalam tentang GMT sila baca di Wikipedia.

Penentuan garis Bujur Nol ini diawali oleh para ilmuwan dan pelaut Inggris pada tahun 1851 (Royal Observatory ini dibangun oleh Sir George Airy). Pada tahun 1884 lebih dari 2/3 kapal laut dunia menggunakan acuan ini untuk navigasinya. Pada Oktober 1884, diadakan International Meridian Conference di Amerika. Delegasi yang hadir berjumlah 41 dari 25 negara. Konferensi menentukan bahwa Prime Meridian di Greenwich menjadi acuan Internasional berdasar kepopulerannya.

Garis Meridian nol pada lantai halaman

Garis Meridian nol pada lantai halaman

Tetapi, delegasi dari Perancis abstain dalam penentuan tersebut. Dan dalam peta-petanya beberapa dekade kemudian Perancis tetap memakai Paris Meridian sebagai acuannya. Perancis – Inggris kapan sih akurnya… hehe…

Batas pembelah dunia barat dan timur diletakkan di tengah sebuah rumah dalam komplek RGO ini. Di dinding bagian muka, yang menghadap ke arah Selatan, terdapat garis dan kemudian dilanjutkan pada lantai halaman. Di lantai halaman ini garis dibuat sedemikian rupa sehingga bisa diketahui banyak kota besar dunia terletak di sisi barat atau timur garis ini, dan juga disertai posisi derajat lintang (latitude) dari kota-kota tersebut.

Berikutnya adalah memasuki rumah yang dijadikan batas dunia tersebut, yang dinamakan Meridian Building. Di dalamnya terdapat teleskop kuno nan besar, dan beberapa alat berat lain. Dan kemudian masuk ke ruang peraga segala hal terkait dengan garis-garis acuan dalam pemetaan di muka bumi ini. Baik berupa alat peraga statis maupun yang berteknologi multimedia ataupun 3D. Penyampaian yang sangat sederhana tanpa meninggalkan kedalaman informasi memudahkan pengunjung memahami pentingnya acuan dalam menentukan lokasi di muka bumi ini. Tanpa perlu berlatarbelakang keilmuan Geografi, pengunjung dapat dengan mudah memahami apa yang tersaji. Menarik sekali.

Ruang terakhir sebelum pintu keluar adalah ruang segala macam pernik untuk kenang-kenangan ataupun oleh-oleh. Dari baju, pin, gantungan kunci, sampai hiasan dinding dan meja terdapat disini.

Pada komplek The Royal Greenwich Observatory ini juga terdapat beberapa gedung/obyek menarik lainnya, antara lain Great Equatorial Building dimana terdapat teleskop terbesar di Inggris, berdiameter 28 inci, yang telah berumur lebih dari 100 tahun, ada juga Astronomy Center dan juga Peter Harrison Planetarium.  Tidak kalah menarik juga adalah Altazimuth Pavilion yang dibangun pada 1899 dimana terdapat teleskop untuk mengamati matahari.

Pengamen jalanan

Pengamen jalanan

Keluar dari Meridian Building, saya dan Suvit merasa waktu untuk mengejar jadwal boat kedua terakhir untuk kembali ke tengah kota London sudah mepet. Walau maksud hati masih ingin keluyuran lagi di kompleks ini, tapi sayang sekali jadwal boat harus ditaati. Takutnya jika terlewat dari jadwal boat, maka harus mengambil alternatif lain, yaitu bis, dengan rute yang belum tahu. Boat untuk kembali ini bukanlah boat yang dinaiki saat datang, karena sudah dua jadwal keberangkatan boat terlewati sejak kaki menginjakkan Greenwich. Tidak terasa sudah hampir 2 jam di Greenwich.

Perjalanan menuju ke dermaga Bogor melewati jalur yang berbeda dengan jalur saat datang tadi. Kali ini melewati rumah dan pertokoan setempat. menarik sekali bentuk rumah-rumahnya, karena masih dipertahankan bentuk/arsitekstur lama. Dan seperti di banyak lokasi wisata lain maka  pengamen pun ada juga di pinggir jalan.

: )

Beberapa gambar dalam slide:

Menikmati Greenwich Park di Google Maps, sila klik disini.

—–

Pertanyaan:

  1. Bagaimanakah mengucapkan kata “Greenwich” …?
  2. Apakah Garis Meridian Nol yang terdapat pada komplek The Royal Greenwich Observatory mempunyai derajat bujur benar-benar NOL …?

: )

—–

album foto perjalanan: sila klik disini,
cerita ini masih bersambung, sila ikuti disini