Tags
Akhir minggu lalu saya menengok keponakan di sebuah pesantren modern di Jayanti, Tangerang, Banten. Pesantren yang mempunyai visi dan misi sangat jelas dan baik, dan terlihat diwujudkan dengan baik pula. Tapi yang akan saya ceritakan bukanlah mengenai pesantren keren ini tetapi mengenai orang-tua/wali santri yang hadir dalam pertemuan hari itu.
Sejak pagi menuju aula, saya melihat bahwa wali santri yang hadir adalah orang-orang terpelajar, pastinya. Terlihat dari kendaraan dan penampilan, mereka bukanlah orang yang “biasa-biasa saja”, tetapi sudah mampu melihat ke depan untuk anaknya yang dititipkan di sini.
Di depan aula, para wali diharuskan mengisi daftar hadir. Meja disediakan memanjang, dengan pembagian sesuai kelas dan ini sangat memudahkan bagi kedua pihak, petugas pesantren (yang santri juga) dan para wali (wali santri baru). Sayang sekali, saya mulai tidak nyaman. Sistem yang sudah disiapkan dengan baik, tidak diindahkan oleh para wali. Terjadi penumpukan yang tidak perlu dan saling serobot. Para wali yang berpakaian rapi dan terlihat terpelajar itu tidak mampu mengikuti antrian.
Pertemuan wali santri dimulai. Penyelenggaraan terlihat baik sekali. Suara (sound system) bagus, layar proyeksi terlihat tajam, sehingga saya yang duduk di sepertiga dari belakang pun jelas melihatnya. Penuturan pak …. (saya lupa namanya) mengenai Pondok Pesantren ini sangat baik. Beliau, salah satu penjunjung pak Habibie, sangat runtut mengemukanakan mengenai pesantren ini. Top.
Salah satu pernyataan beliau yang terkait dengan cerita saya saat ini adalah mengenai kebersihan. Diceritakan bahwa santri diajarkan untuk selalu menjaga kebersihan dengan ungkapan yang menarik:
Clean as you go, clean as you see.
Clean as you go, diartikan bahwa saat kita meninggalkan lokasi maka semua sampah kita jangan ditinggalkan, bersihkan, kumpulkan dalam kantong yang sudah disiapkan sendiri.
Clean as you see, mengandung pengertian bahwa jika kita melihat ada sampah maka nggak perlu tanya itu sampah siapa tetapi langsung saja diambil dan dibersihkan sejauh kita mampu.
Konsep pengajaran kebersihan yang baik sekali. Dan sekilas memang terlihat bahwa dalam komplek pesantren yang luas ini terlihat bersih. Mungkin clean as you go dan clean as you see memang diterapkan dengan sangat baik oleh para santri.
Acara di aula selesai dan diakhiri dengan makan siang bersama. Ah, kembali, banyak para wali santri yang terlihat belum mengerti arti antrian. Menuju ke meja makanan prasmanan saling serobot dan dengan tampang yang datar saja. Hebat juga nih. Saya, yang biasa usil bicara kalau ada hal seperti ini, kali ini diam. Males ….
Selesai makan, para wali segera meninggalkan aula, sebagian menuju masjid untuk persiapan sholat Dzuhur, sebagian lagi ke asrama santri ataupun ke mobil masing-masing untuk istirahat, sebelum pertemuan dengan wali kelas yang dimulai jam 13:00. Ah, terlihat kembali budaya para wali santri ini. Kotak makanan ringan dan juga piring makan siang terlihat ditinggalkan begitu saja di lantai.
Malu saya melihatnya, karena belum lama tadi saya mengagumi pengajaran para santri mengenai kebersihan, dan saya suka dengan clean as you go dan clean as you see. Tetapi sekarang melihat para wali santrinya yang …. Sebagai salah satu wali santri, tentunya …. mmm …. entahlah.
Saat itu saya hanya bisa melakukan clean as you go saja. Sementara untuk clean as you see …. rrrr …. perasaan nggak rela-rela amat …. 😀