Menceritakan perjalanan dalam bentuk tulisan di Blog sudah biasa. Menyebutkan lokasi dalam tulisan pun hampir selalu dilakukan. Membuat berbagai macam peta pun sudah nggak aneh. Yang semakin dibiasakan kini adalah menggabungkan keduanya, menempelkan cerita pada peta.
Kali ini kembali meng-update Peta Cerita yang sudah lama tak tersentuh. Setelah Peta Cerita versi 012.10, dan kemudian versi 014.03, maka kini muncul versi selanjutnya yaitu versi 015.08. Peta menggunakan bahan yang sama dengan versi sebelumnya, yaitu memanfaatkan fasilitas gratis dari Google Map API versi 3.
Perbedaan dengan versi sebelumnya:
- Penggalian data. Jika versi sebelumnya memasukkan data secara manual, maka versi ini membangun data dengan jalan membaca secara otomatis dari feed. Berhubung blog yang diasosiasikan adalah di WordPress maka, sejak WordPress menggunakan Geolocation, dapat dengan mudah dibaca koordinat lokasi pada feed-nya. Untuk wordpress yang hosted, saya pakai plugin Geolocation-plus supaya koordinat bisa dibaca juga pada feednya. Jadi data bisa didapat dengan cepat, tentunya dari situs blog sendiri.
- Tidak menggunakan database khusus (mySQL), hanya memanfaatkan data dari file text. Agak rentan sih, tapi kecepatannya bagus. Mungkin nantinya akan dipikirkan lagi, apakah kembali ke database atau cukup sekian saja. 🙂
- Tampilan info window yang berbeda. Jika versi lalu tampilan menggunakan fungsi mouseover, kini kembali ke tampilan standar yaitu menggunakan title (saat mouse diatas obyek maka ada info yang muncul) dan tampilan info window yang sedikit dimodifikasi (jendela yang muncul saat klik pada satu obyek lokasi).
- Penggunaan tampilan klaster pada lokasi-lokasi titik yang berdekatan. Hal ini untuk menghindari keruwetan tampilan jika banyak titik (marker) pada lokasi yang berdekatan.
- Tidak menyediakan (lagi) kemampuan untuk memasukkan data bagi yang ingin berpartisipasi dalam pemetaan cerita/blog-nya. Pertimbangan utama adalah waktu seleksi dan moderasi yang nggak ada. Karena itu cukuplah hanya menampilkan dari blog sendiri saja.
Beberapa kekurangan yang ditemui kemudian adalah:
- Penumpukan koordinat pada satu titik untuk beberapa cerita/blog. Akibatnya adalah tidak ada taut blog pada titik itu yang bisa dibuka sama sekali 😦 . Sedang dicari solusinya yang paling enak dan nggak ngerepotin… 😀
- Fungsi navigasi sangat minim. Tapi kayanya sih cukuplah… 🙂
- Banyak hal lain yang tidak bisa saya sebutkan disini… karena belum ketemu kasusnya… 😀
Bagi anda yang ingin mencoba menikmatinya, silakan langsung klik PETA CERITA.
*/ : )
ilhabibi said:
Seru nih, belum pernah ngoprek peta gratisnya google, ternyata bisa juga dibuat jadi semacam “peta pribadi” terus kita bebas nge-tag apapun disitu.
boleh nih pak kapan2 bikin sharing session tetngan google map
httsan said:
iya Pay, cukup asik. Ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan, kita pakai defaultnya dengan membuat peta sesuai fasilitas di Google Maps, atau kita buat sesuai dengan keinginan dengan pemrograman Javascript.
Boleh boleh, kapan2 kita buat aja, untuk acara Blogor juga asik.
🙂
ilhabibi said:
Kan Iwan juga pakar disini klo ga salah, boleh tuh diduetkan untuk saling mengisi, tapi kapan pulang pak? 😀
httsan said:
Yup, kalo mas Iwan mah pakarnya webgis, saya belajar dari dia hehe.
yudhi said:
ada gak pak tutorial Spatial Analyst: Menghitung Kerapatan untuk pos curah hujan
httsan said:
saya nggak punya, maaf. 🙂