Tags
BPPT, Facebook, Instagram, media sosial, PTPSW, PTPSW_BPPT, SIMAN, Twitter
Mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan kesukaan tentunya mengasyikkan. Mulai bulan Februari 2018 saya di-tambahi tugas yang asik oleh atasan untuk mengawal (baca: ngurusi semua) tentang media sosial di unit kantor. Saya, berdua dengan mas Bryan, ditugasi mengelola akun Twitter, Instagram, dan Facebook (fan page) milik resmi Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah (PTPSW, BPPT).
Pada tanggal 26 Februari 2018 meluncurlah ketiga media sosial tersebut di dunia maya, yaitu di twitterland dengan nama @PTPSW_BPPT
Lalu demikian juga di Instagram, dengan akun @PTPSW_BPPT:
Dan juga di Facebook fan page dengan akun @PTPSW.BPPT:
Sejak hari itu dimulailah keterbukaan informasi kegiatan PTPSW di dunia maya secara resmi. Hampir semua kegiatan yang dilakukan semua staf PTPSW, baik internal maupun eksternal diinformasikan kepada publik melalui media sosial.
Dunia media sosial bukan hal baru bagi saya. Sejak awal 2000an saya sudah mulai mengenal dan menjadi pemain disana. Saat itu yang paling top adalah Friendster dan kemudian My Space. Barulah kemudian Facebook dan lain-lain menyusul menjadi pemain media sosial yang besar.
Walaupun sudah mengenal media sosial sejak lama, kendala yang ditemui masih sangat banyak dalam memainkan media sosial plat merah ini. Ternyata banyak hal yang sangat berbeda ditemui dibandingkan dengan saat menggunakan akun pribadi, walaupun di ranah medsos yang sama.
Kendala yang ditemui antara lain adalah menarik dan meningkatkan pengikut (follower) pada Twitter dan Instagram, dan juga meningkatkan penyuka (liked) pada Facebook. Tidaklah semudah pada akun pribadi, akun plat merah ini sulit sekali mengembangkan jumlah pengikut/penyuka-nya.
Setelah beberapa kali diskusi dengan rekan-rekan pemain medsos, beberapa hal yang kemungkinan menjadi penyebab masalah adalah:
– Isi yang bersifat informasi teknologi yang tidak banyak peminatnya;
– Berita merupakan kegiatan kantor yang tidak menarik bagi pihak lain;
– Bahasa yang rada kaku, karena menjaga satu dan lain hal;
– Keterbatasan penyampaian respon dari pertanyaan, walau dalam satu Pusat yang sama tetapi banyak rekan saya yang mempunyai keahlian spesifik, sedangkan saya mempunyai keterbatasan pengetahuan;
– Belum ada isu yang sangat menarik bagi warganet dari akun ini , misalnya mengenai penerimaan PNS 😀
Ada hal lain yang mendasar, yaitu perbedaan atmosfer dari ketiga medsos tersebut. Pemain Twitter belum tentu mau menyentuh Instagram atau Facebook. Begitu juga dengan pemain Instagram belum tentu mau menggunakan Twitter ataupun Facebook (walau saat ini Facebook dan Instagram dimiliki pemilik yang sama). Ketiganya mempunyai gaya hidup masyarakat yang sangat berbeda. Saat mengisi (posting) salah satu medsos tersebut, saya harus men-switch cara berfikir agar bahasanya tepat. Dan … itu nggak mudah bro … 😀
Semua kendala yang terinventarisir ini menjadi bahan untuk perbaikan diwaktu mendatang. Mungkin perlu FGD akhir tahun…? 😀
Jumat lalu, akhir November, saya mengikuti rapat koordinasi SIMAN BPPT, kumpulan pengelola media sosial di BPPT. Dari pertemuan singkat ini saya mendapatkan beberapa asupan yang lumayan bagus. Duh terima kasih bangeeet untuk bapak/ibu pembina dan juga rekan sesama pengelola. Antara lain adalah dengan memadukan atau mengaitkan akun plat merah dengan akun personal sehingga informasi bisa lebih luas jangkauannya. Syukur-syukur bisa untuk menambah pengikut/penyuka medsos yang saya kelola 😀
Nah, anda sebagai pembaca curcol saya ini bisa bantu saya juga kan?
– Yang punya akun Twitter sila follow @PTPSW_BPPT ya…
– Kalau pemain Instagram, jangan ragu untuk follow @PTPSW_BPPT
– Dan kalau anda pemain Facebook, segera like fan page PTPSW BPPT (atau gunakan taut berikut @PTPSW.BPPT)
Mau ‘kan? 😀